BELAJAR DAN PEMBELAJARAN IPS
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perencanaan
pembelajaran dan prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap batas-batas
kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran, pengetahuan
tentang teori dan prinsip belajar dapat membantu guru dalam memilih tindakan
yang tepat. Guru dapat terhindar dari tindakan-tindakan yang kelihatannya baik
tetapi nyatanya tidak berhasil meningkatkan proses belajar siswa. Selain itu
dengan teori dan prinsip-prinsip belajar ia memiliki dan mengembangkan sikap
yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar siswa.
Dalam kegiatan belajar
mengajar, seorang guru harus menggunakan teori-teori dan prinsip-prinsip
belajar tertentu agar dapat membimbing aktifitas guru dalam merencanakan dan
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Salah satu tugas guru adalah mengajar. Dalam kegiatan
mengajar ini tentu saja tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus
menggunakan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar tertentu agar bisa
bertindak secara tepat. Oleh karenanya, Anda sebagai calon guru perlu
mempelajari teori dan prinsip-prinsip belajar yang dapat membimbing aktivitas
Anda dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Walaupun
teori belajar tidak dapat diharapkan menentukan langkah demi langkah prosedur pembelajaran,
namun ia bisa memberi arah prioritas-prioritas dalam tindakan guru.
Prinsip-prinsip belajar
dapat digunakan untuk mengungkapkan batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran
sehingga guru dapat melakukan tindakan yang tepat. Selain itu dengan teori dan
prinsip-prinsip belajar guru juga dapat memiliki dan mengembangkan sikap yang
diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar siswa. Salah satu
tugas guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini tentu saja tidak dapat
dilakukan sembarangan, tetapi harus menggunakan teori-teori dan prinsip-prinsip
belajar yang dapat membimbing aktivitas kita dalam merencanakan dan
melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Perencanaan dan pelaksanaan dalam
kegiatan bleajar mengajar akan menjadi baik ketika guru atau pengajar dapat
merealisasikan dari asas dan prinsip belajar dan pembelajaran. Akan tetapi pada
faktanya masih banyak guru-guru atau pengajar yang belum bisa melaksanakan
teori dari asas dan pembelajaran ini. Banyak faktor yang berasal dari internal
pengajar itu sendiri maupun dari eksternal.
Ketidakcocokan antara teori dan
fakta pada asas dan pembelajaran yang membuat kami mengenkat tema dalam makalah
ini, untuk membahas mengenai “Asas dan Prinsip Belajar dan Pembelajara”.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang kami angkat dalam makalah ini adalah “Asas dan Belajar dan
Pembelajaran”.
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Asas dan Prinsip Belajar dan Pembelajaran
Prinsip belajar dan pembelajaran
yang diintisarikan oleh Rothwal (1961) mengatakan bahwa asas dari belajar dan
pembelajaran adalah prinsip kesiapan yaitu sebuah prinsip yang mengkondisikan
siswa untuk belajar, prinsip motivasi yaitu suatu kondisi dari belajar untuk
memprakarsai kegiatan mengatur arah kegiatan dan memelihara kesungguhan, prinsip
persepsi yaitu interpretasi tentang sesuatu yang hidup, prinsip tujuan yaitu
sasaran khusus yang hendak di capai oleh seseorang, prinsip perbedaan
individual yaitu selalu memperhatikan perbedaan individual, prinsip transfer
dan retensi yaitu kemampuan seseorang untuk menggunakan lagi hasil belajar,
prinsip belajar kognitif yaitu cakupan mengenai asosiasi pembentukan konsep dan penemuan masalah,
prinsip belajar afektif yaitu suatu proses penghubungan diri dengan pengalaman
hidup dan prinsip belajar psikomotor yaitu adanya pengujian kemajuan dalam
pencapaian tujuan. (Drs.H.Shayrir Nehru, M.Pd dan Edy Karno, S.Pd, M.Pd :
Belajar dan Pembelajaran Ekonomi).
B. Penerapan Asas Dan Prinsip Belajar
Dan Pembelajaran
Gagne mengemukakan penerapan asas
dan prinsip belajar dan pembelajaran dalam delapan poin, yaitu; Pembelajaran
untuk belajar isyarat, hal ini bermaksud bahwa proses yang dimulai dengan
mengenal adanya biaya, tanda atau petunjuk yang mengimplemasikan pada proses
perubahan perilaku; Pembelajaran untuk belajar stimulasi respon, bermaksud
bahwa pada proses ini perubahan perilaku yang dihasilkan oleh terciptanya
relasi antar stimulasi dan rangsangan dan respon atau jawaban atas stimulasi;
Pembelajaran untuk belajar berangkai, merujuk pada proses belajar yang tercipta
dari adanya berbagai proses stimulasi respon; Pembelajaran untuk belajar
asosiasi verbal, merujuk pada proses memahami perbuatan; Pembelajaran untuk
belajar diskriminasi, merujuk pada proses belajar memahami sesuatu hal dengan
melihat perbedaan karakteristik yang dimiliki oleh obyek belajar; Pembelajaran
untuk belajar konsep, merujuk pada aktivitas dalam memahami suatu benda;
Pembelajaran untuk belajar aturan, merujuk kepada belajar membangun prinsip
atau aturan dengan menggunakan serangkaian fakta, data, pristiwa dan pengalaman
yang telah di ketahui atau di alami sebelumnya; Pembelajaran untuk belajar
memecahkan masalah, merujuk pada proses mental individu dalam menghadapi suatu
masalah untuk selanjutnya menetukan cara mengatasi masalah itu melalui proses
berfikir yang sistematis dan cermat. (Drs.H.Shayrir Nehru, M.Pd dan Edy Karno,
S.Pd, M.Pd : Belajar dan Pembelajaran Ekonomi)
C. Prinsip-Prinsip Dalam Pembelajaran
Prinsip dalam pembelajaran dapat
di bagi ke dalam beberapa kelompok yaitu; Perhatian dan motivasi Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam
kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap
bahwa tanda adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage dan Berline,1984
: 335)Motivasi adalah tenaga yang
menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang; Keaktifan, Kecenderungan
ptikologi menganggap bahwa akan adalah makhluk yang aktif, mempunyai dorongan
untuk berbuta sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri; keterlihatan
langsung/berpengalaman yaitu, menurut Edge Dale penggolongan pengalaman belajar yang
dituangkan dalam kerucut pengalamanya mengemukakan bahwa belajar yang paling
baik adalah melalui pengalaman langsung; Pengulangan, menurut teori
psikologi daya belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang
terdiri atas daya pengamat, menanggap, mengginngat, menghayal, merasakan,
berfikir, dan sebagainya; Tantangan yaitu, teori medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan
bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan
prikologi; Balikan dan penguatan, Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan
dan penguatan terutama ditekankan oleh belajar Operant Conditioning dari B.F.
Skinner, kalau pada teori conditioning yang diberi kondisi adalah stimulus,
maka pada opetant conditioning yang diperkuat adalah terponsnya. (Khaerul Anam:
2009).
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Prinsip-Prinsip Belajar
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan
oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan juga
perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip
yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya
pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun
bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip itu berkaitan
dengan perhatian dan motivasi, kreatifan, ketertiban langsung/berpengalaman,
pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.
Ø Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan
belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa
adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage dan Berliner, 1984 : 335).
Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran
sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai
sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.
Apabila perhatian alami ini tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan
perhatiannya. Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam
kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan
aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada
mobil (Gage dan Berliner, 1984 : 372).
“Motivation is the concept we use
when we describe the force action on or within an organism to initiate and
direct behavior”
demikian menurut H.L. Petri (Petri, Herbert L, 1986 : 3). Motivasi dapat
merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi
merupakan salah satu tujuan dalam mengajar. Guru berharap bahwa siswa tertarik
dalam kegiatan intelektual dan estetik sampai kegiatan belajar berakhir.
Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi
dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa
dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan.
Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang
memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik
perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang
studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap
penting dalam kehidupannya. Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah
tingkah laku manusia dan motivasinya. Karenanya, bahan-bahan pelajaran yang
disajikan hendaknya disesuaikan dengan minat siswa dan tidak bertetangan dengan
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua
rangsangan yang mengarah ke arah pencapaian tujuan belajar. Adanya tuntutan
untuk selalu memberikan perhatian ini, menyebabkan siswa harus membangkitkan
perhatiannya kepada segala pesan yang dipelajarinya. Pesan-pesan yang menjadi
isi pelajaran seringkali dalam bentuk rangsangan suara, warna, bentuk, gerak,
dan rangsangan lain yang dapat diindra. Dengan demikian siswa diharapkan selalu
melatih indranya untuk memperhatikan rangsangan yang muncul dalam proses
pembelajaran. Peningkatan/pengembangan minat ini merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi motivasi (Gage dan Berliner, 1984 : 373). Contoh kegiatan
atau perilaku siswa, baik fisik atau psikis, seperti mendengarkan ceramah guru,
membandingkan konsep sebelumnya dengan konsep yang baru diterima, mengamati
secara cermat gerakan psikomotorik yang dilakukan guru, atau kegiatan sejenis
lainnya. Semua kegiatan atau perilaku tersebut harus dilakukan oleh siswa
secara sadar sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajarnya.
Insentif, suatu hadiah yang diharapkan diperoleh sesudah
melakukan kegiatan, dapat menimbulkan motif. Hal ini merupakan dasar teori
belajar B.F. Skinner dengan operant
conditioning-nya. (Hal ini dibicarakan lebih lanjut dalam prinsip balikan
dan penguatan).
Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari
dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari orang lain,
dari guru, orang tua, teman, dan sebagainya. Motivasi juga dibedakan atas motif
intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif
intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang
dilakukan. Sebagai contoh, seorang siswa yang dengan sungguh-sungguh
mempelajari mata pelajaran di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang
ingin dipelajarinya. Sedangkan motif
ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan yang
dilakukannya tetapi menjadi penyertanya. Sebagai contoh, siswa belajar
sunguh-sungguh bukan disebabkan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya
tetapi didorong oleh keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah. Naik kelas
dan mendapatkan ijazah adalah penyerta dari keberhasilan belajar.
Motif intrinsik dapat bersifat internal, datang dari diri
sendiri, dapat juga bersifat eksternal, datang dari luar. Motif ekstrinsik bisa
bersifat internal maupun eksternal, walaupun lebih banyak bersifat eksternal.
Motif ekstrinsik dapat juga berubah menjadi motif intrinsik, yang disebut
“transformasi motif”. Sebagai contoh, seorang siswa belajar di Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) karena menuruti keinginan orang tuanya
yang menginginkan anaknya menjadi guru. Mula-mula motifnya adalah ekstrinsik,
yaitu ingin menyenangkan orang tuanya, tetapi setelah belajar beberapa lama di LPTK
ia menyenangi pelajaran-pelajaran yang digelutinya dan senang belajar untuk
menjadi guru. Jadi motif pada siswa itu yang semula ekstrinsik menjadi
intrinsik.
Ø Keaktifan
Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak
adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu,
mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh
orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya
mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. John Dewey misalnya
mengemukakan, bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa
untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru
sekadar pembimbing dan pengarah (John Dewey 1916, dalam Davies, 1937 : 31).
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang
sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekadar
menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. (Gage and Berliner, 1984 :
267). Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu
merencakan sesuatu. Anak mampu untuk mencari, menemukan, dan menggunakan
pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses belajar-mengajar anak mampu
mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta,
menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan.
Thomdike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan
hukum “law of exercise”-nya yang
menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan. Mc Keachie
berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan
“manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu, sosial” (Mc Keachie, 1976 : 230
dari Gredler MEB terjemahan Munandir, 1991 : 105).
Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan
keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik
yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik
bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan,
dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan
yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep
dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.
Ø Ketertiban Langsung/Berpengalaman
Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan
dalam kerucut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah
belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung
siswa tidak sekadar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati,
terlibat lansung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
Sebagai contoh seseorang yang belajar membuat tempe, yang paling baik apabila
ia terlibat secara langsung dalam pembuatan (direct performance), bukan sekadar melihat bagaimana orang membuat
tempe (demonstrating), apalagi
sekadar mendengar orang bercerita bagaimana cara pembuatan tempe (telling).
Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan
oleh John Dewey dengan “learning by doing”-nya.
Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan
oleh siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok, dengan cara
memecahkan masalah (problem solving).
Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.
Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan
keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan
mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapain dan
perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam
pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan
dalam pembentukan keterampilan.
Hal apa pun yang dipelajari siswa, maka ia harus
mempelajarinya sendiri. Tidak ada seorang pun dapat melakukan kegiatan belajar
tersebut untuknya (Davies, 1987 : 32). Pernyataan ini, secara mutlak menuntuk
adanya keterlibatan langsung dari setiap siswa dalam kegiatan belajar
pembelajaran. Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak
segan-segan mengerjakan segala tugas belajar yang diberikan kepada mereka.
Dengan keterlibatan langsung ini, secara logis akan menyebabkan mereka
memperoleh pengalaman atau berpengalaman. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan
implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi siswa misalnya adalah siswa ikut
dalam pembuatan lapangan bola-voli, siswa melakukan reaksi kimia, siswa
berdiskusi untuk membuat laporan, siswa membaca puisi di depan kelas, dan
perilaku sejenis lainnya. Bentuk perilaku keterlibatan langsung siswa tidak
secara mutlak menjamin terwujudnya prinsip keaktifan pada diri siswa. Namun
demikian, perilaku keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar
pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa.
Ø Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan barangkali
yang paling tua adalah yang dikemukakan oleh teori Psikologi Daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya
yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat,
mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan
maka daya-daya tersebut akan berkembang. Seperti halnya pisau yang selalu
diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan
pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna.
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori Psikologi Asosiasi atau Koneksionisme dengan tokohnya yang
terkenal Thomdike. Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise”, ia mengemukakan bahwa
belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan
terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons besar.
Seperti kata pepatah “latihan menjadikan sempurna” (Thomdike, 1931b : 20, dari
Gredler, Margaret E Bell, terjemahan Munandir, 1991 : 51). Psikologi Conditioning yang merupakan perkembangan lebih lanjut
dari Koneksionisme juga menekankan pentingnya pengulangan dalam belajar. Kalau
pada Koneksionisme, belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respons
maka pada psikologi conditioning respons
akan timbul bukan karena saja oleh stimulus, tetapi juga oleh stimulus yang
dikondisikan. Banyak tingkah laku manusia yang terjadi karena kondisi, misalnya
siswa berbaris masuk ke kelas karena mendengar bunyi lonceng, kendaraan
berhenti ketika lampu lalu lintas berwarna merah. Menurut teori ini perilaku
individu dapat dikondisikan, dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan
suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk
kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan
dan pembiasaan tidak perlu selalu oleh stimulus yang sesungguhnya, tetapi dapat
juga oleh stimulus penyerta.
Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip
pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Yang pertama
pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa sedangkan yang kedua dan ketiga
pengulangan untuk membentuk respons yang benar dan membentuk
kebiasaan-kebiasaan. Walaupun kita tidak dapat menerima bahwa belajar adalah
pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut, karena tidak dapat
dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip pengulangan masih
relevan sebagai dasar pembelajaran. Dalam belajar masih tetap diperlukan
latihan/pengulangan. Metode drill dan
stereotyping adalah bentuk belajar
yang menerapkan prinsip pengulangan (Gage dan Berliner, 1984 : 259).
Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan
belajar secara keseluruhan lebih berarti (Davies, 1987 : 32). Dari pernyataan
inilah pengulangan masih diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Implikasi
adanya prinsip pengulangan bagi siswa adalah kesadaran siswa untuk bersedia
mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu macam permasalahan. Dengan
kesadaran ini, diharapkan siswa tidak merasa bosan dalam melakukan pengulangan.
Bentuk-bentuk perilaku pembelajaran yang merupakan implikasi prinsip
pengulangan, diantaranya menghafal unsur-unsur kimia setiap valensi,
mengerjakan soal-soal latihan, menghafal nama-nama latin tumbuhan, atau
menghafal tahun-tahun terjadinya peristiwa sejarah.
Ø Tantangan
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin
mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau
lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang
ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar,
maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari
bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan
belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru,
demikian seterusnya. Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi
hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menentang. Tantangan yang
dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan
belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat
siswa tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberi kesempatan pada
siswa untuk menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi akan
menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan konsep-konsep,
prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut. Bahan belajar yang telah diolah
secara tuntas oleh guru sehingga siswa tinggal menelan saja kurang menarik bagi
siswa.
Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga
memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan
sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun negatif juga akan menantang siswa dan
menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukum yang
tidak menyenangkan.
Prinsip belajar ini bersesuaian dengan pernyataan bahwa
apabila siswa diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih
termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat secara lebih baik
(Davies, 1987 : 32). Hal ini berarti siswa selalu menghadapi tantangan untuk
memperoleh, memproses, dan mengolah setiap pesan yang ada dalam kegiatan
pembelajaran. Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan
dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu
memperoleh, memproses, dan mengolah pesan. Selain itu, siswa juga harus
memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan yang
dihadapinya. Bentuk-bentuk perilaku siswa yang merupakan implikasi dari prinsip
tantangan ini di antaranya adalah melakukan eksperimen, melaksanakan tugas
terbimbing maupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu masalah
Ø Balikan dan Penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan
terutama ditekankan oleh teori belajar Operant
Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat
adalah responsnya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effect-nya Thomdike. Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila
mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil, apabila hasil yang baik,
akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha
belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar itu menurut B.F. Skinner tidak saja
oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan. Atau
dengan kata lain penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar
(Gage dan Berliner, 1984 : 272).
Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang
baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat
lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant
conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai
yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut
tidak naik kelas ia terdorong untuk belajar lebih giat. Di sini nilai buruk dan
rasa takut tidak naik kelas juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat.
Inilah yang disebut penguatan negatif. Di sini siswa mencoba menghindar dari
peristiwa yang tidak menyenangkan, maka penguatan negatif juga disebut escape conditioning. Format sajian
berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan, dan sebagainya
merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan
penguatan. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah belajar melalui
penggunaan metode-metode ini akan membuat siswa terdorong untuk belajar lebih
giat dan bersemangat.
Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang
dilakukan, apakah benar atau salah? Dengan demikian siswa akan selalu memiliki
pengetahuan tentang hasil (knowledge of
result), yang sekaligus merupakan penguat (reinforce) bagi dirinya sendiri. Seorang siswa belajar lebih banyak
bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement) (Davies, 1987 : 32). Hal ini timbul karena kesadaran
adanya kebutuhan untuk memperoleh balikan dan sekaligus penguatan bagi setiap
kegiatan yang dilakukannya. Untuk memperoleh balikan penguatan bentuk-bentuk
perilaku siswa yang memungkinkan di antaranya adalah dengan segera mencocokkan
jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap skor/nilai yang
dicapai, atau menerima teguran dari guru/orang tua karena hasil belajar yang
jelek.
Ø Perbedaan Individual
Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua
orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang
lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteritik psikis, kepribadian, dan
sifat-sifatnya.
Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil
belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam
upaya pembelajaran. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita
kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan
pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan
rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan
pengetahuannya.
Pembelajaran yang bersifat klasikal yang mengabaikan
perbedaan individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara. Antara lain
penggunaan metode atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi sehingga
perbedaan-perbedaan kemampuan siswa dapat terlayani. Juga penggunaan media
instruksional akan membantu melayani perbedaan-perbedaan siswa dalam cara
belajar. Usaha lain untuk memperbaiki pembelajaran klasikal adalah dengan
memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa yang pandai,
dan memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang kurang. Di samping itu
dalam memberikan tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan
siswa sehingga bagi siswa yang pandai, sedang, maupun kurang akan merasakan
berhasil di dalam belajar. Sebagai unsur primer dan sekunder dalam
pembelajaran, maka dengan sendirinya siswa dan guru terimplikasi adanya
prinsip-prinsip belajar.
Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang
berbeda satu dengan yang lain. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut
tempo (kecepatan)nya sendiri dan untuk setiap kelompok umur terdapat variasi
kecepatan belajar (Davies, 1987 : 32). Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan
siswa lain, akan membantu siswa menentukan cara belajar dan sasaran belajar
bagi dirinya sendiri. Implikasi adanya prinsip perbedaan individual bagi siswa
di antaranya adalah menentukan tempat duduk di kelas, menyusun jadwal belajar,
atau memilih bahwa implikasi adanya prinsip perbedaan individu bagi siswa dapat
berupa perilaku fisik maupun psikis.
B. Implikasi
Pada Siswa Dan Guru
Ø Implikasi Prinsip-Prinsip belajar
bagi Siswa
Para siswa akan berhasil dalam pembelajaran jika mereka
menyadari implikasi prinsip-prinsip belajar terhadap diri mereka.
a) Perhatian dan motivasi
Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua
rangsangan yang mengarah kea rah tujuan pencapaian belajar. Adanya tuntutan
untuk selalu memberikan perhatian ini, menyebabkan siswa harus membangkitkan
perhatiannya kepada segala pesan yang dipelajarinya.Sedangkan implikasi prinsip
motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa motivasi belajar yang
ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan dikembangkan secara terus-menerus.
Untuk dapat membangkitkan dan mengembangkan motivasi belajar mereka dapat
secara terus menerus, siswa dapat melakukannya dengan menentukan /mengetahui
tujuan belajar yang hendak dicapai, menanggapi secara positif pujian atau
dorongan dari orang lain, menentukan target/sasaran penyelesaian tugas belajar,
dan perilaku sejenis lainnya.
b) Keaktifan
Siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah
perolehan belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya
secara efektif, pebelajar ditintut untuk aktif secara fisik, intelektual, dan
emosional. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku
seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan,
ingin tahu hasil dari suatu reaksi kimia, membuat karya tulis, membuat
klipping, dan perilaku sejenis lainnya. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa
lebih lanjut menuntut keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.
c) Keterlibatan langsung/berpengalaman
Hal apapun yang dipelajari siswa, maka ia harus
mempelajarinya sendiri. Tidak ada seorang pun dapat melakukan kegiatan belajar
tersebut untuknya (Davies, 1987:32). Pernyataan ini, secara mutlak menuntut
adanya keterlibatan langsung dari setiap siswa dalam kegiatan belajar
pembelajaran. Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak
segan-segan mengerjakan segala tugas belajar yang diberikan kepada mereka.
Dengan keterlibatan langsung ini, secara logis akan menyebabkan mereka
memperoleh pengalaman atau berpengalaman.
d) Pengulangan
Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa adalah
kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk
satu macam permasalahan. Dengan kesaadaran ini, diharapkan siswa tidak merasa
bosan dalam melakukan pengulangan. Bentuk-bentuk perilaku pembelajaran yang
merupakan implikasi prinsip pengulangan, diantaranya mengahapal unsur-unsur
kimia seperti valensi, mengerjakan soal-soal latihan, menghafal nama-nama latin
tumbuhan, atau menghafal tahun-tahun terjadinya peristiwa sejarah.
e) Tantangan
Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntunan
dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu
memperoleh, memproses, dan mengolah pesan. Selain itu, siswa juga harus
memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan yang
dihadapinya. Bentuk-bentuk perilaku siswa yang merupakan implikasi dari prinsip
tantangan ini diantaranya adalah melakukan eksperimen, melaksanakan tugas
terbimbing maupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu masalah.
f) Balikan dan penguatan
Seorang siswa belajar lebih banyak bilamana setiap langkah
segera diberikan penguatan(rei for cement) (Davies, 1987:32). Hal ini timbul
karena adanya kebutuhan untuk meperoleh balikan dan sekaligus penguatan bagi
setiap kegiatan yang dilakukannya. Untuk memperoleh balikan penguatan
bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan di antaranya adalah dengan
segera mencocokan jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap
skor/nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari guru/orang tua karena hasil
belajar yang jelek.
g) Perbedaan Individual
Implikasi adanya prinsip perbedaan individual bagi siswa
diantaranya adalah menentukan tempat duduk di kelas, menyusun jadwal belajar,
atau memilih bahwa implikasi adanya prinsip perbedaan individu bagi siswa dapat
berupa perilaku fisik maupun psikis.
Ø Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar
bagi Guru
a.)
Perhatian
dan motivasi
Implikasi prinsip perhatian bagi
guru tertampak pada perilaku-perilaku sebagai berikut:
1)
Guru menggunakan metode secara bervariasi.
2)
Guru menggunakan media sesuai dengan tujuan belajar dan materi yang diajarkan.
3)
Guru menggunakan gaya bahasa yang tidak monoton.
4)
Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan membimbing (direction question).
Sedangkan implikasi prinsip motivasi
bagi guru tertampak pada perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:
1)
Memilih bahan ajar sesuai minat siswa.
2)
Menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai siswa.
3)
Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin memberitahukan
hasilnya kepada siswa.
4)
Memberikan pujian verbal atau non-verbal terhadap siswa yang memeberikan
respons terhadap pertanyaan yang diberikan.
5)
Memberitahukan nilai guna dari pelajarang yang sedang dipelajari siswa.
b.)
Keaktifan
Untuk dapat menimbulkan belajar pada
diri siswa, maka guru diantaranya dapat melaksanakan perilaku-perilaku berikut:
1) Menggunakan multi metode dan multi
media,
2) Memberikan tugas secara individual dan kelompok
3) Memberikan kesempatan pada siswa
melaksanakan eksperimen dalam kelompok kecil (beranggota tidak lebih dari 3
orang).
4) Memberikan tugas untuk membaca bahan
belajar, mencatat hal-hal yang kurang jelas, serta
5) Mengadakan tanya jawab dan diskusi.
c.)
Keterlibatan
langsung/berpengalaman
Perilaku sebagai implikasi prinsip
keterlibatan langsung/berpengalaman diantaranya adalah:
1) Merancang kegiatan pembelajaran yang
lebih banyak pada pembelajaran individual dan kelompok kecil.
2) Mementingkan eksperimen langsung
oleh siswa dibandingkan denagn demonstrasi.
3) Menggunakan media yang langsung
digunakan oleh siswa.
4) Memberiakan tugas kepada siswa untuk
mempraktekkan gerakan psikomotorik yang dicontohkan.
5) Melibatkan siswa mencari informasi/
pesan dari sumber informasi di luar kelas atau di luar sekolah.
6) Melibatkan siswa dalam merangkum dan
menyimpulkan informasi pesan pembelajaran.
d.)
Pengulangan
Implikasi prinsip pengulangan bagi
guru adalah mampu memilihkan antara kegiatan pembelajaran yang berisi pesan
yang membutuhkan pengulangan dengan yang tidak membutuhkan pengulangan.
Perilaku
guru yang merupakan implikasi prinsip pengulangan diantaranya adalah:
1)
Merancang pelaksanaan pengulangan
2)
Mengembangkan/merumuskan soal-soal
latihan
3)
Mengembangkan petunjuk kegiatan
psikomotorik yang harus diulang
4)
Mengembangkan alat evaluasi kegiatan
pengulangan dan
5)
Membuat kegiatan pengulangan yang bervariasi.
e.)
Tantangan
Perilaku guru yang merupakan
implikasi prinsip tanatngan di antarnya adalah :
1) Merancang dan mengelola kegiatan
eksperimen yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukannya secara
individual atau dalam kelompok kecil (3-4 orang).
2) Memberikan tugas pada siswa
memecahkan masalah yang membutuhkan informasi dari orang lain di luar sekolah
sebagai sumber informasi.
3) Menugaskan kepada siswa untuk
menyimpulkan isi pelajaran yang telah disajikan.
4) Mengembangkan bahan pembelajaran
(teks, hard out, modul, dan yang lain) yang memperhatikan kebutuhan siswa untuk
mendapat tantangan didalamnya, sehingga tidak harus semua pesan pembelajaran
disajikan secara detail tanpa memberikan kesempatan siswa mencari dari sumber lain.
5) Membimbing siswa untuk menemukan
fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi sendiri.
6) Guru merancang dan mengelola
kegiatan diskusi untuk menyelenggarakan masalah-masalah yang disajikan dalam
topic diskusi.
f.)
Balikan
dan penguatan
Implikasi prinsip balikan dan
penguatan bagi guru berwujud perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:
1) Memberitahu jawaban yang benar
setiap kali mengajukan pertanyaan yang telah dijawab siswa secara benar ataupun
salah.
2) Mengoreksi pembahasan pekerjaan rumah
yang diberiakn kepada siswa pada waktu yang telah ditentukan.
3) Memberikan catatan-catatan pada
hasil kerja siswa (berupa makalah, laporan, klipping pekerjaan rumah),
berdasarkan hasil koreksi guru terhadap hasil kerja pembelajaran.
4) Memberikan lembar jawaban tes
pelajaran yang telah dikoreksi oleh guru, disertai skor dan catatan-catatan
nagi pebelajar.
5) Mengumumkan atau mengkonfirmasikan
peringkat yang telah diraih setiap siswa berdasrakan skor yang dicapai dalam
tes.
6) Memberikan anggukan atau acungan
jempol atau isyarat lain kepada siswa yang menjawab dengan benar pertanyaan
yang disajikan guru.
7) Memberikan hadiah/ganjaran kepada
siswa yang berhasil menyelesaikan tugas.
h) Perbedaan Individual
Implikasi prinsip perbedaan
individual bagi guru berwujud perilaku-perilaku yang di antaranya adalah:
1) Menentukan penggunaan berbagai
metode yang diharapkan dapat melayani kebutuhan siswa sesuai karakteristiknya.
2) Merancang pemanfaatan berbagai media
dalam menyajikan pesan pembelajaran.
3) Mengenali karakteristik setisp siswa
sehingga dapat melakukan perlakuan pembelajaran yang tepat bagi siswa yang
bersangkutan dan
4)
Memberikan remediasi ataupun
pertanyaan kepada siswa yang membutuhkan.
C.
Asas Dan Prinsip Belajar Dan
Pembelajaran
Ø Prinsip Kesiapan (Readiness)
Proses belajar dipengaruhi kesiapan murid yang di maksud
dengan kesiapan atau readiness ialah kondisi individu yang memungkinkan ia
dapat belajar. Dimana ia memiliki kesiapan belajar. Yang dimaksud kesiapan ini
adalah kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar belakang pengaalman,
hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan factor-faktor lain yang
memungkinkan seseorang dapat belajar.
Ø Prinsip Motivasi (Motivation)
Motivasi adaah suatu kondisi dar belajar untuk memprakarsai
kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan. Berkenaan
dengan motivasi ini ada beberapa prinsip yang seyogyanya kita perhatikan antara
lain: Individu bukan hanya di dorong oleh kebutuhan biologis, social dan
emosional tetapi disamping itu ia data di beri dorongan untuk mencapai sesuatu
yang lebih dari yang dimiliki saat itu.
Ø Prinsip Persepsi
Persepsi adalah interpretasi tentang situasi yang hidup.
Dengan Setiap individu melihat dunianya dengan caranya sendiri yang brbeda dari
yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu. Seorang guru akan dapat
memahami murid-muridnya lebih baik ia peka terhadap bagaimana cara seseorang
melihat situasi tertentu.
Ø Prinsip Tujuan
Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak di capai oleh
seseorang.
Ø Prinsip Perbedaan Individual
Berkenaan dengan perbedaan individu, ada beberapa hal yang
harus di ingat yaitu; Para pelajar harus dapat di bantu untuk memahami kekuatan
dan kelemahan dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayananan
kegiatan, tugas dan belajar dan memenuhi kebutuhan berbeda-beda.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat kami berikan dari pemaparan pembahasan di Bab tiga yaitu:
Ø teori dan prinsip-prinsip belajar
yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan
dan juga perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa
prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam
upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya
maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip itu
berkaitan dengan perhatian dan motivasi, kreatifan, ketertiban
langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta
perbedaan individual.
Ø Pada prosese belajar dan
pembelajaran maka akan terdapat beberapa penyimpangan yang di lakukan oleh guru
maupun siswa yang disebabkan factor eksternal ataupun factor internal.
Ø Terdapat beberapa asas dan prinsip
belajar dan pembelajaran yang dapat digunakan sebagai pedoman saat kita
melakakukan belajar dan pembelajaran.
B.
Saran
Saran yang dapat kami berikan
melalui makalah ini adalah:
“Peningkatan pengajar berada di
tangan kita sebagai calon guru yang akan melanjutkan pengajaran kedepannya, sehingga
pemahaman mengenai asas dan prinsip belajar dan pembelajaran sangat di
bututhkan.”
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati.
Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Asli Mahasaty
Drs.
H. Syahrir Nehru, M.Pd dan Edy Karno, S.Pd, M.Pd. Belajar Dan Pembelajaran Ekonomi.2012.Kendari:Unhalu.